Hidup di kota besar kadang terasa seperti balapan tanpa garis akhir. Bangun pagi-pagi, kejar waktu, macet di jalan, terus lanjut kerja seharian. Energi habis begitu saja untuk rutinitas, sampai lupa caranya berhenti sejenak dan menikmati hidup. Tapi, ternyata ketenangan itu nggak perlu dicari jauh-jauh.
“… Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ayat ini seperti pengingat sederhana bahwa ketenangan yang sering dicari-cari di luar sana sebenarnya ada di dalam hati yang mengingat Allah.
Kota ini memang penuh dengan ambisi, tapi di dalamnya ada ruang-ruang kecil yang bisa dijadikan tempat istirahat hati. Kadang terlalu sibuk mengejar dunia sampai lupa bahwa hati juga butuh diisi dengan zikir dan doa.
Sebuah hadits yang pernah dibaca, ternyata begitu relevan:
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hati adalah pusat segalanya. Jika hati damai, maka kehidupan terasa lebih mudah dijalani.
Meluangkan waktu untuk berhenti sejenak di sela-sela kesibukan bisa menjadi rutinitas baru. Masjid-masjid di sekitar menjadi tempat singgah untuk shalat, zikir, atau sekadar duduk dalam diam.
Tidak perlu waktu lama. Bahkan beberapa menit di masjid sudah cukup untuk mengingatkan diri bahwa setiap kesulitan selalu ada jalannya, seperti yang disampaikan Rasulullah ﷺ:
“Barang siapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan memberikan kelapangan pada setiap kesempitannya, jalan keluar pada setiap kesulitannya, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud)
Istighfar menjadi cara sederhana yang membawa ketenangan. Mengulang-ulangnya di tengah keramaian kota memberi jeda untuk hati yang lelah.
Ketenangan tidak perlu dicari jauh-jauh. Ruang kecil untuk berbicara dengan Allah, seperti masjid atau pojok rumah untuk membaca Al-Qur’an, bisa menjadi tempat istirahat yang menyejukkan.
Ada sebuah kutipan dari Hasan Al-Basri yang aku suka banget:
“Carilah hatimu di tiga tempat: saat membaca Al-Qur’an, saat mengingat Allah, dan saat shalat. Jika kamu tidak menemukannya di sana, maka tanyakanlah hatimu, karena mungkin ia telah mati.” (Hasan Al-Basri)
Pesan ini seperti pengingat bahwa hati butuh dihidupkan dengan zikir dan shalat.
Kesibukan kota sering kali membuat lupa bahwa hidup ini lebih dari sekadar mengejar target. Ketenangan sejati tidak datang dari pencapaian duniawi, tetapi dari mendekat kepada Allah. Luangkan waktu sejenak untuk berhenti, beristighfar, atau membaca Al-Qur’an.
Hati yang diisi dengan zikir akan merasa lebih ringan, dan hidup terasa lebih bermakna. Di tengah segala hiruk-pikuk, selalu ada Allah yang siap mendengar dan menenangkan hati kita. 😊